Senin, 31 Oktober 2011

KISAH PENGORBANAN SEORANG ISTRI KEPADA SANG SUAMI

          
Cerita ini adalah kisah nyata…dimana perjalanan hidup ini ditulis oleh seorang istri dalam sebuah laptopnya.
Bacalah semoga kisah nyata ini menjadi pelajaran bagi kita semua.

Cinta itu butuh kesabaran…
Sampai dimanakah kita harus bersabar menanti cinta kita ???

Hari itu,,,aku dengan nya berkomitmen untuk menjaga cinta
kita..

Aku menjadi perempuan yg paling bahagia…..

Pernikahan kami sederhana tapi sangat meriah…..

Ia menjadi pria yang sangat romantisan pada waktu itu.

Menikah dengan seorang pria yang shaleh, pintar, tampan
& mapan pula

Ketika kami pacaran dia sudah sukses dalam karir nya.

Kami berbulan madu di tanah suci,,itu janjinya ketika kami
berpacaran

Setelah menikah aku mengajaknya untuk umroh ke tanah suci….

Aku sangat bahagia dengan nya,,diya sangat memanjakan
aku…. Sangat
terlihat rasa cinta dan sayangnya pada ku.

Banyak orang yang bilang,kami pasangan yang serasi. Sangat
terlihat sekali
bagaimana suamiku memanjakanku. Aku bahagia menikah
dengannya.

************ ********* ********* ********* *********
********* *********
********* *******

5 Tahun sudah kami menikah, sangat tak terasa waktu
berjalan, walaupun kami
hanya berdua saja.

Karena sampai saat ini aku belum bisa memberikannya seorang
malaikat kecil
di tengah keharmonisan rumah tangga kami.

Karena dia anak lelaki satu – satunya dalam keluarga
nya,,jadi aku harus
berusaha untuk dapat meneruskan generasi nya…

Alhamdulillah suamiku mendukung ku…. Ia mengaggap Allah
belum mempercayai
kami untuk menjaga titipan NYA.

Tapi keluarga nya mulai resah,, Dari awal kami menikah ibu
& adiknya tidak
menyukaiku,, aku sering mendapat perlakuan yang tidak
menyenangkan dari
mereka,,tapi aku menutupi dari suami ku…..

didepan suami ku,,mereka sangat baik pada ku,,tapi
dibelakang suami ku,,aku
dihina – hina oleh mereka…

Pernah suatu ketika, 1 tahun usia pernikahan kami, suamiku
mengalami
kecelakaan,, , mobilnya hancur

Alhamdulillah suami ku selamat dari maut yang hampir
membuat ku menjadi
seorang janda.

Ia dirawat dirumah sakit,,pada saat dia belum sadarkan
diri,,aku selalu
menemaninya siang & malam, kubacakan ayat – ayat suci
Al – Qur’an,aku sibuk
bolak – balik rumah sakit dan tempat aku melakukan
aktivitas sosialku, aku
sibuk mengurus suamiku yang sakit karean kecelakaan.

Ketika aku kembali ke rumah sakit setelah dari rumah
kami,,aku melihat
didalam kamarnya ada ibu, adik – adiknya dan teman – teman
suamiku, dan satu
lagi aku melilhat seorang wanita yg sangat akrab dengan
ibunya. Mereka
tertawa menghibur suamiku.

Alhamdulillah suamiku ternyata sudah sadar, aku menangis
ketika melihat
suami ku sudah sadar,,tapi aku tak boleh sedih di
depannya.

Kubuka pintu yg tertutup rapat itu,sambil mengatakan
“Assalammu’alaikum”
mereka menjawab salam ku. Aku berdiam sejenak di depan
pintu dan mereka
semua melihatku,,, suamiku menatapku penuh manja,,mungkin
ia kangen padaku
karena sudah 5 hari mata nya selalu tertutup. Tangannya
melambai,,mengisyar
atkan aku untuk memegang tangannya yg erat. Setelah aku
menghampirinya, ku
cium tangannya sambil berkata “Assalammu’alaikum” , ia pun
menjawab salam ku
dengan suaranya yg lirih tapi penuh dengan cinta. Aku pun
senyum melihat
wajahnya.
Ibu nya lalu berbicara sama aku …

“Fis, kenalakan ini Desi teman Fikri”

Aku teringat cerita dari suamiku bahwa teman baiknya pernah
mencintainya,
perempuan itu bernama Desi, dan diya sangat akrab dengan
keluarga suamiku.
Dan akhirnya aku bertemu dengan orangnya juga.
Aku pun langsung berjabat tangan dengannya, tak banyak aku
biacara di dalam
ruangan,,aku tak mengerti apa yg mereka bicarakan.

Aku sibuk membersihkan & mengobati luka – luka di
kepala suamiku,,,baru
sebentar aku membersihkan mukanya,,tiba – tiba adik ipar ku
yg bernama Dian
mengajakku keluar,ia minta ditemani ke kantin. Dan suamiku
pun
mengijinkannya. Aku pun menemaninya.

Tapi ketika di luar adik ipar ku berkata ” lebih baik kau
pulang saja ” Ada
kami yg menjaga abang disini. Kau istirahat saja. ”

Aku pun tak diperbolehkan berpamitan dengan suamiku dengan
alasan abang
harus banyak beristirahat, karena sikologisnya masih
labil,, Aku berdebat
dengannya mengapa aku tidak boleh pamitan pada suamiku,
tapi tiba – tiba ibu
mertuaku datang menghampiriku dan ia mengatakan hal yg
sama, ia akan memberi
alsan pada suamiku mengapa aku pulang tak pamitan pada nya,
toj suamiku
selalu menurut apa kata ibunya, baik ibunya salah suamiku
tetap saja
membenarkannya, akhirnya aku pun pergi meninggalkan rumah
sakit itu dengan
linangan air mata. Sejak saat itu aku tidak pernah
diijinkan menjenguk
suamiku sampai ia kembali dari rumah sakit. Dan aku hanya
bisa menangis dlm
kesendirianku. Menangis mengapa mereka sangat membenciku.

************ ********* ********* ********* *********
********* *********
********* *******

Hari itu, aku menangis tanpa sebab, yang ada di benakku aku
takut
kehilangannya, aku takut cintanya dibagi denagn yang lain.
Pagi itu, pada
saat aku membersihakn pekarang rumah kami, suamiku
memanggil ku ke taman
belakang, ia baru aja selesai sarapan, ia mengajakku duduk
di ayunan favorit
kami, sambil melihat ikan – ikan yang bertaburan di kolam
air mancur itu.
Aku bertanya ” Ada apa kamu memanggil ku ?”

Ia berkata ” Besok aku akan menjenguk keluargaku di Sabang


Aku menjawab ” Ia sayang aku tahu, aku sudah mengemasi
barang – barang kamu
di travel bag dan kamu sudah pegang tiket bukan ?”

“Ya tapi aku tak akan lama disana, cuma 3 minggu aku
disana, aku juga sdh
lama tidak bertemu dengan keluarga besarku sejak kita
menikah dan aku kan
pulang dengan mama ku ” Jawab nya tegas

“Mengapa baru bicara, aku pikir hanya seminggu saja kamu
disana ?” tanya ku
balik kepada nya penuh dengan rasa penasaran dan sedikit
rasa kecewa karena
ia baru memberitahu rencana kepulanggannya itu, padahal aku
bersusah payah
mencarikan tiket pesawat untuknya.

” Mama minta aku yang menemani nya saat pulang nanti ”
jawab nya tegas

” Sekarang aku ingin seharian dengan kamu, karena nanti
kita 3 minggu tidak
bertemu, ya kan ?” lanjut nya lagi sambil memeluk ku dan
mencium keningku.
Hatiku sedih, dengan keputusannya, tapi tak boleh aku
tunjukkan pada nya.
Bahagianya aku, dimanja dengan suami yang penuh dengan rasa
sayang &
cintanya.
Walau terkadang ia bersikap kurang adil terhadapku.

Aku hanya bisa tersenyum saja, padahal aku ingin bersama
suamiku, tapi
karena keluarga nya tidak menyukaiku hanya karena mereka
cemburu pada ku
karena suamiku sangat sayang pada ku, aku memutuskan agar
ia saja yg pergi,
dan kami juga harus berhemat dalam pengeluaran anggaran
rumah tangga kami.
Karena ini acara sakral bagi keluarganya. Jadi seluruh
keluarga nya harus
komplit, aku pun tak diperdulikan oleh keluarganya harus
datang atau tidak,
tidak hadir justru membuat mereka sangat senang, aku pun
tak mau membuat
riuh keluarga ini.

Malam sebelum kepergiannya, aku menangis sambil membereskan
keperluannya
yang akan dibawa ke Sabang, ia menatapku dan menghapus
airmata yang jatuh
dipipiku lalu aku peluk erat dirinya, hati ini bergumam
seakan terjadi
sesuatu,,tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku
hanya bisa menangis
karena akan ditinggal pergi olehnya.

Aku tidak pernah di tinggal pergi selama ini, karena kami
selalu bersama -
sama kemana pun ia pergi.

Apa mungkin aku sedih karena aku sendirian tidak punya
teman, hanya pembantu
saja teman ngobrolku.

Hati ini sedih akan di tinggal pergi oleh nya.

Sampai keesokan hari nya, aku menangis..menangisi
kepergiannya.
Aku tak tahu mengapa sesedih ini, perasaanku tak enak, tapi
aku tak boleh
berburuk sangka. Aku harus percaya apada suamiku. Dia pasti
akan selalu
menelpon ku.

************ ********* ********* ********* *********
********* *********
********* ********* ********

Berjauhan dengan suamiku, sangat tidak nyaman, aku merasa
sendiri. Untunglah
aku mempunyai kesibukan sebagai seorang aktivis, jadi aku
tak terlalu
kesepian di tinggal pergi ke Sabang.
Saat kami berhubungan jarak jauh, komunikasi kami
buruk,saat ia di sana aku
pun jatuh sakit…rahimku sakit sekali seperti dililit oleh
tali,,,tak tahan
aku menhan rasa sakit dirahimku ini,sampai – sampai aku
mengalami
pendarahan,, aku dilarikan ke rumah sakit oleh adik laki -
lakiku yang
kebetulan menemaniku disana. Dokter memvonis aku terkena
kanker mulut rahim
stdium 3…. Aku menangis,,apa yang bisa aku banggakan
lagi,,mertuaku akan
semakin menghinaku,, ,suami ku yang malang,,yang berharap
akan punya
keturunan dari rahimku… Aku tak bisa memberikannya
keturunan. Dan aku
hanya memeluk adikku.

Aku kangen pada suamiku, aku menunggu ia pulang,,kapan ia
pulang, aku tak
tahu..

Sementara suamiku disana,,aku tidak tahu mengapa ia selalu
marah – marah
jika menelponku,, bagaimana aku akan cerita kondisiku jika
ia selalu marah -
marah terhadapku,,

Lebih baik aku tutupi dulu,,dan aku juga tak mau membuatnya
khawatir selama
ia berada di Sabang.
Lebih baik nanti saja ketika ia sudah pulang dari Sabang,
aku akan cerita
pada nya.
Setiap hari aku menanti suami ku pulang, hari demi hari aku
hitung….

Sudah 3 minggu suamiku di Sabang, malam itu ketika aku
sedang melihat foto -
f oto kami, ponselku berbunyi, menandakan ada sms yang
masuk.

Ku buka di inbox ponselku, ternayta dari suamiku yang sms,
ia menulis “aku
sudah beli tiket untuk pulang, aku pulang nya satu hari
lagi, aku aku
kabarin lagi”.

Hanya itu saja yang diinfokannya, aku ingin marah, tapi aku
pendam saja ego
yang tidak baik ini. Hari yg aku tunggu pun tiba,,aku
menantinya di rumah.
Sebagai seorang istri, aku pun berdandan yang cantik dan
memakai parfum
kesukaannya untuk menyambut suamiku pulang, dan aku akan
menyelesaikan
masalah komunikasi kami yg buruk akhir – akhir ini.

Bel pun berbunyi, kubuka kan pintu untuknya ia pun mengucap
salam, sebelum
masuk aku pegang tangannya ke depan teras, ia tetap
berdiri, aku membungkuk
untuk melepaskan sepatu, kaos kaki dan ku cuci kedua
kakinya, aku tak mw ada
syaithan yang masuk ke dalam rumah kami, setelah itu aku
pun berdiri
langsung mencium tangannya tapi apa reaksi nya …

Masya Allah ia tidak mencium keningku, ia langsung naik
keatas, ia langsung
mandi dan tidur,tanpa bertanya kabarku..

Aku hanya berpikiran, mungkin dia capek. Aku pun segera
merapikan bawaan nya
sampai aku pun tertidur. Malam menunjukkan 1/3 malam,
mengingatkan aku pada
tempat mengadu yaitu Allah, Sang Maha Pencipta.
Biasa nya kami selalu berjama’ah, tapi karena melihat nya
tidur sangat
pulas, aku tak tega membangun kannya, aku helus mukanya,
aku cium kening
nya, lalu aku sholat tahajud 8 rakaat plus witir 3
raka’at.

************ ********* ********* ********* *********
********* *********
********* ********* ***

Aku mendengar suara mobinya, aku terbangun lalu aku liat
dia dari balkon
kamar kami dia bersiap – siap untuk pergi, aku memanggil
nya tapi ia tak
mendengar, lalu aku langsung ambil jilbabku, aku lari dari
atas ke bawah
tanpa memperdulikan darah yg bercecer dari rahimku, aku
mengejarnya tapi ia
begitu cepat pergi,,ada apa dengan suamiku…mengapa ia
sangat aneh
terhadapku ?

Aku tidak bisa diam begitu saja firasatku ada sesuatu.
Saat itu juga aku langsung menelpon kerumah mertuaku,
kebetulan Dian yang
angkat telpon nya, aku bercerita dan aku bertanya apa yang
terjadi dengan
suamiku. Dengan enteng ia menjawab “Loe pikir aja sendiri
!!!” telpon pun
langsung terputus.

Ada apa ini ? Tanya hatiku penuh dalam kecemasan. Mengapa
suamiku berubah
setelah ia pulang dari kota kelahirannya. Mengapa ia tak
mau berbicara
padaku, apalagi memanjakan ku.

Semakin hari ia menjadi orang yang pendiam, seakan ia telah
melepas tanggung
jawabnya sebagai seorang suami, kami berbicara seperlunya
saja, aku selalu
di introgasinya, aku dari mana dan mengapa pulang
terlambat, ia bertanya
denagn nada yg keras, suamiku telah berubah.

Bahkan yang membuat ku kaget, aku pernah di tuduh nya
berzina dengan mantan
pacarku. Ingin rasanya aku menampar suamiku yang telah
menuduhku serendah
itu, tapi aku selalu ingat, sebagaimana pun salahnya
seorang suami, status
suami tetap di atas para istri, itu yang aku pegang, aku
hanya berdo’a agar
suamiku sadar akan prilakunya. *******

2 Tahun berlalu, suamiku tak berubah juga, aku menangis
tiap malam, lelah
menanti seperti ini, kami seperti orang asing yang baru
saja kenal,
kemesraan yang kami ciptakan dulu telah sirna, walaupun
kondisinya tetap
seperti itu, aku tetap merawatnya & menyiapi segala
yang ia perlukan.
Penyakitku pun masih aku simpan dengan baik dan ia tak
pernah bertanya obat
apa yang aku minum. Kebahagiaan ku telah sirna, harapan
menjadi ibu pun
telah aku pendam. Aku tak tahu kapan ini semua akan
berakhir.

Bersyukurlah, aku punya penghasilan sendiri dari
aktifitasku sebagai seorang
guru ngaji jadi aku tak perlu repot – repot meminta uang
pada nya hanya
untuk pengobatan kankerku. Aku pun hanya berobat
semampuku.

Sungguh suami yang dulu aku puja, aku banggakan sekarang
telah menjadi orang
asing, setiap aku tanya ia selalu meyuruhku untuk berpikir
sendiri.
Tiba – tiba saja malam itu, setelah makan malam selesai,
suamiku
memanggilku.

“ya ada apa Yah !” sahutku dengan memanggil nama
kesayangannya “Ayah”

“Lusa kita siap – siap ke Sabang ya !” Jawabnya tegas

“Ada apa ?” Mengapa ?” sahutku penuh dengan keheranan

Astaghfirullah. ..suami ku yang dulu lembut menjadi kasar,
diya mebentakku,,
tak ada lagi diskusi anatara kami.

Dia mengatakan ” Kau ikut saja jgn byk tanya !!! ”

Aku pun lalu mengemasi barang – barang yang akan dibawa ke
Sabang sambil
menangis,sedih karena suamiku yang tak ku kenal lagi.

2 Tahun pacaran, 5 tahun kami menikah dan sudah 2 tahun
pula ia menjadi
orang asing buat ku. Ku lihat kamar kami yg dulu hangat
penuh cinta yang
dihiasi foto pernikahan kami sekarang menjadi dingin,
sangat dingin dari
batu es. Aku menangis dengan kebingungan ini. Ingin rasanya
aku berontak
tapi aku tak bisa, suamiku tak suka dengan wanita yang
kasar, ngomong dengan
nada tinggi, suka membanting barang – barang, dia bilang
perbuatan itu
menunjukkan ketidakhormatan kedapanya. Aku hanya bisa
bersabar menantinya
bicara dan sabar mengobati penyakitku ini sendiri.
************ ********* ********* ********* *********
********* *********
********* ********* ********* *********

Kami telah sampai di Sabang, aku masih merasa lelah karena
semalaman aku
tidak tidur, karena terus berpikir. Keluarga besar nya
telah berkumpul
disana, termasuk ibu & adik – adiknya, aku tidak tahu
ada acara apa ini..
Aku dan suamiku pun masuk ke kamar kami. Suamiku tak betah
didalam kamar tua
itu, ia pun keluar bergabung dengan keluarga besarnya.

Baru saja aku membongkar koper kami dan ingin memasukkannya
ke dlm lemari
tua yg berada di dekat pintu kamar, lemari tua itu telah
ada sebelum suamiku
lahir.
Tiba – tiba Tante Lia, tante yang sangat baik pada ku
memanggil ku untuk
segera berkumpul diruang tangah, aku pun ke ruang keluarga
yag berada di
tengah rumah besar itu, rumah zaman peninggalan belanda
diaman langit -
langit nya lebih dari 4 meter. aku duduk disamping suamiku,
suamiku menunduk
penuh dengan kebisuan, aku tak berani bertanya pada nya,
tiba – tiba saja
neneknya, orang yang dianggap paling tua dan paling berhak
atas semuanya
membuka pembicaraan.

“Baiklah,karena kalian telah berkumpul, nenek ingin bicara
dengan kau Fisha
! ” Nenek nya bicara sangat tegas.. Dengan sorot mata yang
tajam.
” Ada apa ya Nek ?” sahutku dengan penuh tanya..
Nenek pun menjawab ” Kau telah gabung dengan keluarga kami
hampir 8 tahun,
sampai saat ini kami tak melihat tanda – tanda kehamilan
yang sempurna,
sebab selama ini kau selalu keguguran !!’

Aku menangis, untuk inikah aku diundang ke mari, untuk
dihina atau di
pisahkan dengan suamiku.

“Sebenarnya kami sudah punya calon untuk Fikri, dari dulu,
sebelum kau
menikah dengannya, tapi Fikri anak yang keras kepala, tak
mau di atur, dan
akhirnya menikahlah ia dengaa kau.” Neneknya berbicara
sangat lantang,
mungkin logat orang Sabang seperti itu semua.

Aku hanya bisa tersenyum dan melihat wajah suamiku yang
kosong matanya.
“Dan aku dengar dari ibu mertua mu kau pun sudah berkenalan
dengannya”
Neneknya masih melanjutkan pembicaraan itu.

Sedangkan suamikku hanya diam saja, tapi aku lihat air
matanya. Ingin aku
peluk suamiku agar ia kuat dengan semua ini, tapi aku tak
punya keberanian.

Nenek nya masih saja berbicara panjang lebar dan yang
terakhir dari
pembicaraannya ialah dengan wajah yang sangat menantang ia
berkata ” kau mau
nya gimana ? kau di madu atau diceraikan ?”

Masya Allah…… kuat kan hati ini, aku ingin jatuh
pingsan, hati ini
seakan remuk mendengar nya, hancur hati ku, mengapa
keluarganya bersikap
seperti ini terhadapku..

Aku selalu munutupi masalah ini dari kedua orang tuaku yang
tinggal di pulau
kayu tersebut, mereka mengira aku sangat bahagia 2 tahun
belakangan ini.

“Fish, jawab !! ” Dengan tegas Ibunya langsung memintaku
untuk menjawab

Aku langsung memegang tangan suamiku, dengan tangan yang
dingin dan gemetar
aku menjawab dengan tegas……. ..
” Walaupun aku tidak bisa berdiskusi dulu dengan imamku,
tapi aku dapat
berdiskusi dengannya melalui bathiniah, untuk kebaikan dan
masa depan
keluarga ini, aku akan menyambut baik seorang wanita baru
dirumah kami.”

Itu yang aku jawab, dengan kata lain aku rela cinta ku di
bagi, pada saat
itu juga suami ku memandangku dengan tetesan air mata, tapi
mata ku tak
sedikit pun menetes di hadapan mereka.
Aku lalu bertanya kepada suami ku, “Ayah siapakah yang akan
menjadi sahabat
ku dirumah kita nanti Yah ? ”

Suamiku menjawab ” Dia Desi ! ”

Aku pun langsung menarik napas dan langsung berbicara ”
Kapan pernikahan nya
berlangsung ? Apa yang harus saya siapkan dalam pernikahan
ini Nek ?”

Ayah mertuaku menjawab “Pernikahannya 2 minggu lagi.”

1 komentar:

Chairul Anwar mengatakan...

ada terusannya gak yah ?

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money